Puisi · Februari 10, 2016 11

Manakala Babi-babi Menghidu Rasa

(Foto: Tumblr).
pada sepat hampa, kita berterus terang soal masa

merah jambu yang dihidupkan raga
sesungguhnya tak butuh kita timpa

selepas seloka, bertubi-tubi kita tulis riwayat kopi
mereka yang kehilangan cemasnya
kelak mati dihujani pahit sendiri

sesekali pun kita perlu rayakan puisi
kau kira babi-babi sudi melumuri dirinya sendiri?
tidak dengan kita, gemar memukat air mata

kelak akan kita ajari babi-babi menghidu rasa
rindu, pilu, sampai mereka luka
hingga tak ada cara lain menjadi dingin
kecuali jatuh cinta

Februari 2016

(Puisi ini ditulis dalam rangka  mengikuti #NulisBarengAlumni Kampus Fiksi dengan tema ‘Babi’)