Entah bagaimana perasaanku untuk waktu-waktu ini. Merasakan detik-detik yang semakin hambar terasa. Aku masih merasakan sesuatu itu. Tapi apakah sesuatu itu masih pantas untuk diharapkan?
Siapa yang akan tahu pada akhirnya akan seperti apa. Tokoh-tokoh yang pernah ada akan jadi apa. Kau pun tak tahu kan? Bahwa ada satu perasaan disini yang tertinggal.
Aku rasa hanya dengan menuliskannya saja ini terasa nyaman, tanpa perlu mengatakannya kepadamu. Meski diksiku terlalu amburadul dan tak sesangar pengukir-pengukir literasi berpengalaman. Tetapi, satu liris saja aku sudah bahagia menuainya. Karena ini adalah kelegaan yang mesti kupenuhi.
Mungkin saja kemarin, adalah akhir dari pencarianku. Pencarian tiap gerak-gerik itu. Meski aku tak selamanya bisa menemukanmu.
Esok, kita sudah terbangun dari tingkah-tingkah kejailan kita. Adalah dimensi perwujudan kita atas pengharapan yang diperjuangkan. Untuk siapa lagi jika bukan untuk kita sendiri.
Mimpi kita berbeda. Dan mungkin takdir kita juga berbeda. Tapi aku harap, kita tak pernah saling melupakan tali yang pernah kita bentuk di ruang-ruang sebelumnya. Ketika kita masih menjadi siswa.
Kita tahu bahwa tidak semua jalan akan menyenangkan, tapi teruslah menampakkan kerlingan tawa seperti engkau biasanya. Aku juga.
Ini bukan sepenggal lirih atau apapun. Hanya saja ini adalah momen pengabadian kita sebelum beranjak ke dunia berikutnya. Dengan akhir yang tak panjang, dengan akhir yang tak mengharukan. Aku menutupya dengan segala rasa. Semoga takdir akan berbaik hati untuk mempertemukan kita lagi, bahkan terus.
Tapi saat ini biarkan takdir menentukan jalannya. Aku akan berjalan bersama takdirku, dan kau pun akan berlanjut bersama takdirmu. Maka berbahagialah untuk waktu-waktu berikutnya. I don’t wanna say goodbye to you. 🙂
Terimakasih untuk waktu yang pernah terlihat dari ruang tempat kita belajar bersama. Kita dan teman-teman.