Prangko · September 2, 2017 12

Surat yang Tak Pantas Dibaca

Belakangan aku mereka-reka, sepertinya aku sudah beranjak tua. Tapi, kenapa masih juga tak bisa melepaskan satu nama? Pesan-pesan yang tak pernah sampai kian berulang kubaca, meski hari ini aku menyadari, semuanya hilang karena kealpaanku sendiri.

Kita semakin dewasa, dan waktu berjalan secepat udara yang kita hirup bersama. Bisakah aku meminta jeda? Aku tak ingin tenggelam dalam luka, tapi juga tak ingin menyerah begitu saja. Mana yang harus kupegang seerat-eratnya?

Dulu aku pernah bergurau dengan sahabatku sendiri. Jika kamu menemukan perempuan lain untuk dinikahi suatu hari nanti, mungkin aku lebih baik pindah saja ke luar negeri. Aku memang norak sekali, benar-benar sama seperti tulisan yang kubuat ini. Sudah, cukup, maka dari itu jangan dibaca lagi.

Perihal pintu hati, katanya aku tak pernah memberikan kesempatan untuk orang lain membuka kunci, bahkan hanya untuk sekadar mengetuk sesekali. Tapi menurutku, cinta akan datang sendiri tanpa harus tersugesti. Seperti sampai bertahun-tahun ini, aku juga tak mengerti apa yang membuatku tertarik dan punya simpati. Mungkin memang seperti itu rasanya jatuh cinta. Kita menemukan titik di mana kita sendiri tak punya filosofinya.

2 September 2017