Kamu sepertinya lupa bahwa kehidupan ini akan terasa semakin berat. Kamu pasti tahu akan hal itu, tapi kamu hanya merasa lelah, padahal kamu telah berusaha semampumu. Kamu mencoba mengingat-ingat kalimat-kalimat terbaik yang pernah kamu dengar. Tetapi kamu berpikir tetap saja ‘ini tak mudah’.
Kamu kini ada di persimpangan. Kamu terus berdiri di sana. Memejamkan mata dengan lekat seolah-olah kamu sedang berkhayal tentang sesuatu. Di dalam benakmu, kamu ingin sekali berlari, mencari hal-hal baru yang bisa kamu temukan, lebih dari yang saat ini kamu rasakan. Tapi kamu sadar bahwa kamu tidak bisa melakukannya karena tak satupun yang mampu kamu perbuat. Bahwa kamu menganggap dirimu hanya manusia lemah.
Samar-samar kamu membuka mata. Enam tahun yang lalu kamu masih baik-baik saja. Kamu memiliki ayah yang baik meski terkadang ia bersikap terlalu keras, sehingga seringkali membuatmu takut. Tapi kamu bahagia, kamu sangat berkecukupan. Meskipun terkadang kamu bersembunyi ketika membeli jajanan berlebihan karena takut dimarahi. Kamu takut sekali mendengar ketegasan suara ayahmu ketika sedang marah. Tapi kamu tetap menyayanginya, karena kamu tahu bahwa ayahmupun menyayangimu.
The greatest gift I ever had Came from God; I call him Dad!
Hingga sekarang kamu masih ingat. Ada hal baru yang terpaksa harus kamu tahu saat enam tahun yang lalu. Kehilangan. Ya, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh anak seumuranmu. Bahkan, sesuatu yang kamu baru tahu saat itu; bahwa di dunia ini ada yang namanya kehilangan. Ayahmu, dia meninggalkan dunia lebih cepat. Desember 2008, itu yang kamu ingat.
Kamu mau tak mau menyiapkan kehidupan baru. Mencoba untuk terasa sama. Meski kamu menyadarinya bahwa hidupmu sudah berbeda, hingga hari ini, kamu sangat tahu hal itu. Kecukupan yang kamu rasakan dulu entah kini masih sama atau tidak. Hanya kamu yang perlu tahu, katamu.
Kamu ingin menangis, tapi untuk apa? Kamu ingin bercerita, tapi untuk apa? Kamu tak pernah berani untuk mengatakannya, kamu selalu gagal mencoba. Terlebih kamu sangat yakin bahwa kamu sanggup untuk menahan segalanya. Akhirnya kamu selalu mencoba tersenyum sesantai mungkin.
Kamu mematut di sudut kamar.
Enam tahun yang lalu, umurmu masih tiga belas tahun. Kamu tersenyum, menertawakan dirimu yang kini hendak mencapai tahun ke-sembilan belas dalam hidupmu.
“Jangan meminta dikurangi bebanmu, tapi mintalah dikuatkan punggungmu.”
Kamu berharap hari-hari akan selalu baik.
(:
Yuk ikuti, giveaway berhadiah CD Original @onedirection dan pulsa http://t.co/VbMOKQ77C5 Ajak teman-temanmu sebanyaknya dan menangkan hadiahnya!