Rapid test. (Foto: Freepik)
Pandemi Covid-19 telah secara nyata mengubah banyak hal dalam hidup kita. Sebut saja soal gaya hidup. Sejak virus corona mewabah di Indonesia, menjaga kesehatan diri tentu menjadi prioritas utama. Mencuci tangan, menggunakan masker di mana pun berada, dan menjaga jarak adalah beberapa kaidah yang tidak boleh terlupa sebagai upaya mencegah masuknya virus corona. Sebab, seperti yang kita sama-sama ketahui, virus ini menjadi “musuh pribadi” yang tak terlihat sama sekali.
Selama empat bulan ini, kita dihadapkan pada kondisi yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya, yakni aktivitas yang serba terbatas. Sekolah dan kuliah ditiadakan, masuk kerja bergantian, hingga bepergian ke luar kota yang harus mengalami banyak pemeriksaan. Apa lagi sekarang ini sedang masa-masanya menjalankan tatanan normal baru, yang apa-apa kudu dirapid-test dulu.
Ngomong-ngomong soal rapid test, ternyata masih banyak lho orang-orang di luar sana yang belum paham soal metode pemeriksaan satu ini. Nggak sedikit yang mengira bahwa rapid test adalah tes yang bisa memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus corona, padahal ia hanya metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh. Pemeriksaannya pun hanya perlu mengambil sampel darah dari ujung jari.
Baca Juga: Memilih Tempat Wisata Menarik bersama Anak-anak
Seperti yang terjadi di kampungku baru-baru ini. Ketika datang informasi bakal ada rapid test di sana, mendadak suasana kampung senyap. Satu per satu warga melarikan diri ke mana pun tempat yang bisa dijajaki. Sampai si Mama pagi-pagi udah heboh sendiri.
“Duh, dek, Mama nggak bisa belanja, nih, nggak ada yang jual. Soalnya pagi-pagi buta udah pada kabur ke mana-mana. Sepi banget kampung,” katanya.
Bahasan yang sama juga aku temui ketika jajan siomay depan rumah sebelum berangkat kerja. Sambil motongin siomay, si Mamang Kumis pun bercerita.
“Dek, tau nggak sih, ini Mamang jualan dari tadi nggak ada yang beli. Baru Adek aja. Dari ujung sana udah sepi banget nggak ada orang.”
“Kenapa, Mang?”
“Kabur, dek, mau ada rapid test. Takut ditusuk-tusuk katanya. Mamang tuh merhatiin dari pagi pada bawa termos, tiker, kayak mau piknik. Ada yang pergi ke sawah, Mamang juga liat ada yang sampai ngumpet di kuburan.”
“Lah, Mamang sendiri ngapain di kuburan? Mau ngumpet juga?”
“Ngikutin aja, dek. Kan Mamang penasaran pada ke mana. Taunya ke kuburan. Hahaha.”
Jujur, sih, aku sendiri nggak nyangka. Bukan nggak nyangka soal kehebohan warga takut dirapid-test ya, tapi nggak nyangka aja kasus kayak gini ada di kampungku juga. Hahaha. Katanya, sih, mereka pada nggak mau dirapid-test soalnya takut hidungnya ditusuk-tusuk sampai berdarah-darah kayak salah satu warga di kampung sebelah. Mereka belum paham, kalau orang yang dimaksud itu tuh habis jalanin PCR swab, yang memang butuh sampel lendir yang diambil dari hidung dan tenggorokan, bukan rapid test.
Aku sendiri memaklumi hal itu ya, karena memang belum ada sosialisasi langsung dari petugas kesehatannya. Jadi, wajar aja kalau mereka cuma denger dari kabar burung yang masuk di telinga. Toh, di salah satu kampung lainnya di Kota Serang, yang udah jelas-jelas zona merah karena seorang ulama besar meninggal dunia akibat positif Covid-19, juga pada kabur dengan alasan yang sama. Setelah dapat penyuluhan, baru pada paham dan akhirnya mau dirapid-test juga.
Baca Juga: Liburan dan Packing Anti Ribet
Jadi, memang sangat penting, sih, menyosialisasikan terkait rapid test ini, minimal ke keluarga kita sendiri. Biar nggak ada salah kaprah lagi. Apa lagi sekarang nggak mesti bingung nyari informasi, ada aplikasi Halodoc yang bisa bantuin kita dengan mudah. Mau konsultasi online dengan dokter terpercaya juga bisa, harganya lebih terjangkau pula.
Apa lagi ya sejak ada virus corona, kayaknya kerasa nggak enak badan sedikit aja parnonya udah luar biasa. Untungnya di Halodoc ada fitur ‘Periksa Covid-19’ yang bisa jadi pendeteksi awal seberapa risiko kita terpapar virus ini. Jadi, jangan sampai deh perasaan cemas ini berlangsung lama. Udah stres urusan lainnya, kok ya harus ditambah stres corona. Kan hidup gini amat ya jadinya…
Eh, kalau mau langsung rapid test drive thru juga bisa, lho. Tinggal buka aplikasinya, kemudian klik tombol ‘Covid-19 Test’ lalu ‘Lokasi Rapid Test Drive’, langsung terlacak deh berbagai rumah sakit yang bisa dikunjungi untuk rapid-test beserta nominal harganya. Kita juga bisa nentuin waktunya dan janjian sama dokternya. Nanti, hasil tesnya bakal dikirmin langsung melalui SMS atau notifikasi Halodoc di ponsel kita satu hari setelahnya. Gampang, kan?
Jadi, sekarang nggak perlu susah lagi cari informasi dan ngasih tau keluarga kita sendiri tentang hal-hal urgent seputar Covid-19 ini. Yuk, tetap menjaga diri selama pandemi. Semoga nggak ada lagi Covid-19 di antara kita.
Kejadian yang sama kayak di kampungku mbak. Pas diumumin bakal ada rapid test. Buru-buru banyak yang ngumpet bahkan ada yang sampe sembunyi di sawah pas hari itu tiba. Padahal dengan adanya rapid test kan kita bisa tahu kondisi tubuh kita kayak gimana, dan tentunya gratis. Hahahaha…. soalnya kalau ke rumah sakit pengen rapid test aja harus bayar.
Kayaknya sawah jadi tempat paling pewe buat kabur ya Mas, hahaha.
Tidak mau rapid tapi terima bansos hehe
ya gapapa, bansos mah hak kok hehe.