Film · September 11, 2022 21

Review Miracle in Cell No. 7 Indonesia: Adaptasi yang Menghibur Meski Feelnya Agak Kabur

Review Miracle in Cell No. 7 Indonesia

Jika ada pertanyaan, “apa film tersedih sepanjang masa?”, barangkali Miracle in Cell No. 7 adalah salah satunya. Film yang menemani masa remaja dewasaku tersebut sampai saat ini masih terngiang di kepala.

Nampaknya, Miracle in Cell No. 7 bukanlah film yang tidak pernah terdengar di telinga. Bahkan seseorang yang jarang menonton film, terlebih film Korea pun akan ikut mengamini fakta besar satu ini; film ini menyajikan cerita yang sulit untuk kita lupa.

Miracle in Cell No. 7 adalah film Korea Selatan yang disutradarai dan ditulis oleh Lee Hwan Kyung. Film ini dibintangi Ryu Seung Ryong, Kal So Won, Park Shin Hye, Oh Dal Su, Jung Jin Young, Park Won Sang, Kim Jung Tae, dan Jung Man Sik.

Lewat cerita yang menyayat hati, Miracle in Cell No. 7 mampu membuat menonton terkesima dengan alur cerita yang diberikan. Sehingga tak ayal membuat film, sutradara, hingga para pemainnya diguyur beragam penghargaan.

Tak pelak, keistimewaan yang dihadirkan membuat berbagai negara bahkan mengadaptasi film drama keluarga tersebut. Sudah ada 7 negara yang mengadaptasinya, di antaranya Turki, Filipina, India, Spanyol, Arab dan Kanada. Terbaru, adalah adaptasi versi Indonesia.

Baca Juga: Film Ngeri-Ngeri Sedap: Konflik Batin Keluarga yang Relatable

Seperti apa review Miracle in Cell No. 7 Indonesia? Simak tulisan ini sampai tuntas, ya.

Review Miracle in Cell No. 7 Indonesia

Miracle in Cell No. 7 Indonesia diproduksi oleh Falcon Pictures, sebuah rumah produksi yang sudah banyak membuat film remake Korea Selatan. Di sini, Falcon Pictures mendapuk Hanung Bramantyo sebagai sutradara.

Kiprah Hanung Bramantyo dalam menyutradarai film-film adaptasi tentunya tidak perlu diragukan lagi. Sudah banyak film adaptasi karyanya yang menembus jutaan penonton, seperti Ayat-Ayat Cinta, Perahu Kertas, Habibie Ainun, hingga Bumi Manusia.

Selain sutradara, Miracle in Cell No. 7 Indonesia juga bertabur bintang-bintang ternama yang tampak menarik mata. Ada Vino G. Bastian, Indro Warkop, Mawar de Jongh, Tora Sudiro, Bryan Domani, Indra Jegel, Rigen Rakelna, Denny Sumargo, Graciella Abigail, Coki Pardede, Sheila Dara Aisha, Teuku Rifnu Wikana, Nadila Ernesta, Iedil Putra, Tretan Muslim, hingga Agla Artalidia.

Miracle In Cell No. 7

Miracle in Cell No. 7 Indonesia berkisah tentang Dodo Rozak, seorang ayah yang memiliki disabilitas intelektual autisme. Keterbatasan itu membuat Dodo kerap bertingkah dan berperilaku seperti anak-anak. Namun di tengah kekurangan yang dimiliki, ia selalu berupaya menjadi seorang ayah yang baik bagi anak perempuan satu-satunya yang bernama Ika Kartika Rozak.

Dodo membesarkan Kartika sendirian sejak ia lahir, karena sang istri meninggal dunia selepas melahirkan Kartika. Meski begitu, Kartika tetap bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ia bahkan lebih sering menjaga dan merawat Dodo. Kartika juga kerap membantu sang ayah berjualan balon.

Baca Juga: Romance is a Bonus Book: Ketika Buku dan Cinta Menghangatkan Kita

Keduanya menjalani hidup dengan bahagia dan penuh suka cita. Namun hidup mereka tiba-tiba dihujani nestapa ketika Dodo terjerat permasalahan yang membuatnya harus dipenjara. Dodo ditangkap karena mendapatkan tuduhan membunuh dan melakukan pelecehan seksual terhadap gadis kecil bernama Melati.

Hal itu membuat Dodo harus rela terpisah jauh dengan Kartika. Ia kemudian dimasukkan ke dalam sel No. 7 yang dihuni oleh napi-napi beringas. Mereka adalah Japra, Zaki, Yunus, Atmo, dan Asrul.

Meski pada awalnya Dodo Rozak harus mengalami masa sulit dipenjara, tetapi kebaikan yang ia bawa membuatnya mendapatkan banyak perhatian dari para napi, khususnya Japra Cs. Mereka bahkan melakukan beragam strategi untuk menyelundupkan Kartika ke penjara demi mewujudkan keinginan Dodo.

Kebahagiaan Dodo dan Kartika memberikan banyak energi baik, sampai-sampai para napi saling bahu membahu untuk membuat Dodo bisa keluar dari penjara karena mereka yakin bahwa Dodo hanyalah korban fitnah.

Sayangnya, ancaman Willy Wibisono kepada Dodo membuat rencana yang diyakini berjalan mulus menjadi gagal total dan melahirkan penderitaan dan kesedihan baru bagi semua orang.

Sebagai film adaptasi, Miracle in Cell No. 7 Indonesia mampu menghadirkan alur cerita yang sama persis seperti versi aslinya, tetapi dengan ornamen yang berbeda. Vino G. Bastian, Graciella Abigail, dan Mawar de Jongh diposisikan sebagai spotlight. Ketiganya terbilang berhasil membawakan karakter masing-masing.

Elemen yang tak kalah menarik adalah implementasi komedi yang dihadirkan. Film ini mampu memberikan tontonan yang menghibur lewat peran dan segala banyolan yang dilontarkan Japra Cs. Penonton sukses dibuat tertawa oleh tingkah konyol masing-masing karakter, terlebih Yusril dan Atmo yang punya peran komedi lebih menonjol.

Baca Juga: A Long Visit

Miracle in Cell No. 7 Indonesia memiliki color tone yang konsisten, di mana didominasi dengan warna kuning dan oranye. Lagu Andaikan Kau Datang yang dibawakan Andmesh Kamaleng sebagai penutup pun mampu menyempurnakan drama di dalamnya.

Namun sebagai film adaptasi, ada satu hal yang bikin aku benar-benar kurang puas dengan film ini yaitu feel yang dihadirkan secara keseluruhan. Menonton Miracle in Cell No. 7 versi asli adalah pengalaman paling memorable yang pernah aku rasakan. Bagaimana tidak? Film asli Koreanya benar-benar membuat aku sesak napas karena berlinang air mata dari awal cerita. Tapi entah kenapa pengalaman yang sama tidak aku dapatkan di film versi Indonesia ini.

Untuk hati yang mudah tersentuh, film berdurasi 2,5 jam ini kurang bisa membuat aku sedih. Meski begitu, Miracle in Cell No. 7 Indonesia adalah film bagus yang patut untuk tidak dilewatkan begitu saja.

Itulah review Miracle in Cell No. 7 Indonesia. Ayo nonton sebelum turun layar.