Enggak kerasa ya, hari ini jadi hari terakhir melewati tahun 2021. Dan besok sudah masuk ke tahun baru, tahun 2022. Rasanya banyak sekali perasaan naik turun yang dialami. Pasti bukan cuma aku, kalian juga begitu, kan?
Tahun ini, aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Enggak pernah kebayang sih sebelumnya bakal sama dia, setelah enam tahun kenal, yang sebenarnya dua tahun terakhir juga hampir enggak pernah saling berkabar. Mungkin begitu cara radar Neptunus bekerja.
Ngomong-ngomong, kita cuma terpaut usia satu tahun aja. Lebih tepatnya, sih, 1 tahun 7 bulan. Hampir dua tahun lah, ya. Cuma kalau boleh dibilang, enggak pernah kepikiran juga sih bakal punya pasangan beda usia. Dulu yang ada di kepala ya cuma cowok seumuran aja. Mungkin karena suka bertahun-tahunnya sama yang seumuran kali, ya. Hahaha.
Baca Juga: Pandemi Patah Hati
Tapi setelah dijalani, ternyata punya pasangan beda usia bukan pilihan yang salah. XD
Lebih Dewasa
Seperti yang sudah aku bilang, aku mendambakan pasangan yang seusia. Karena dulu kupikir akan lebih gampang jalanin hubungan karena paling enggak kita ada di garis pemikiran yang sama. Tapi sahabatku enggak pernah setuju aku suka sama cowok seumuran, dan dia selalu meminta aku untuk mencari laki-laki yang di atas usiaku. Kata dia, aku butuh orang yang lebih dewasa.
Orang-orang terdekat yang sudah lama kenal aku, pasti tahu sih seberapa kekanakannya aku, bocahnya aku. Yang sebenarnya aku juga baru sadari itu, karena mereka ternyata selalu menganggapku anak kecil. Setiap sedikit perubahan yang terjadi, meski itu hal-hal sepele, sudah pasti bikin mereka terkejut.
Dulu aku enggak pernah berpikir sampai ke sana, punya pasangan yang dewasa. Tapi ternyata sekarang benar-benar bersyukur. Hahaha.
Punya pasangan yang lebih dewasa rupanya anugerah. Ketika kita berhadapan dengan orang yang lebih sabar, lebih bisa mengontrol diri dari ucapan dan tindakan, ternyata bikin kita juga belajar untuk menyeimbangkan diri. Belajar pelan-pelan ngontrol amarah, sedikit demi sedikit ngontrol benci, dan belajar untuk menyelesaikan masalah, bukannya lari dari masalah. Punya pasangan yang lebih dewasa ternyata segala-segalanya.
Baca Juga: Cerpen: Pertemuan
Bertanggung Jawab
Usia 26 dan 27 tahun bukan lagi usia yang menjalani cinta monyet, tapi benar-benar memikirkan perkara hidup masa depan. Punya pasangan lebih dewasa bisa memudahkan kita untuk melangkah ke jenjang selanjutnya, bukan cuma jalan di tempat aja.
Begitu pun hubungan yang aku jalani. Dengan dia memintaku untuk menunggu sampai aku dan dia siap membina rumah tangga, paling tidak aku tahu kalau dia bersedia bertanggung jawab sepenuhnya. Karena menikah memang bukan hal sepele bagiku. Bahkan kalau dia melamarku hari ini, belum tentu aku mau. Pernikahan benar-benar masih menjadi ketakutan untuk diriku sendiri.
Bisa Diandalkan
Memang, sih, semua hal yang kutuliskan itu mungkin enggak ada pengaruhnya sama umur. Tapi seseorang yang lebih dewasa paling tidak punya pengalaman belajar yang lebih banyak. Aku merasa banyak hal juga yang kupelajari dari pasanganku. Mulai dari hal-hal sepele sampai hal-hal serius yang bisa jadi membuka kepala dan egoku.
Baca Juga: Rahasia Besar
Soal teknis juga, tentunya lebih banyak hal yang dia kuasai. Membahagiakannya lagi kalau pasangan kita menguasai hal-hal yang kita tekuni. Benar-benar membantu dan mendukung sepenuh hati. Memang enggak salah punya pasangan beda usia dan lebih tua. Wqwq.
Sekarang aku udah enggak ragu sih punya komitmen dengan pasangan beda usia yang lebih tua. Tinggal tambah percaya diri dengan pakai Closeup aja biar enggak ada minder di antara kita. Banyak pilihannya di https://www.close-up.com/id. Selamat tahun baru!
semoga kita cepat dipertemukan dengan pasangan yang terbaik 😀
Semoga segera sampai ke jenjang pelaminan, dan mengaruhi rumah tangga dengan samada, Mbak Happy.
Sudah pas itu, usia beda 1 tahun. Masih satu radar. Yang beda usia itu, kalau usianya terpaut jauh.