Barangkali, begitulah cara cinta bekerja. Ia tak sekadar memberikan detak istimewa, tapi juga luka yang sering kali tak terkira.
Sejak pertama kali gelombang itu ada, kamu tahu betul jika jatuh cinta pada seseorang yang tak bisa dimiliki bisa menjadi sebuah pandemi. Tapi entah kenapa gelombang perasaan yang mengendap itu terus berada di luar kendali, meski sering kali kamu berusaha untuk tidak peduli.
Sebagaimana orang-orang yang jatuh cinta, kamu akhirnya mulai mencari cara untuk bisa lebih dekat dengannya. Sebab bagimu sudah cukup menyimpan rahasia selama bertahun-tahun lamanya.
Kamu perlahan berusaha, berdoa kepada Tuhan sebagai upaya pertama. Lantas, keajaiban pun datang lewat pertemuan tak sengaja yang pernah kau harapkan dalam sebuah tulisan kecil dua tahun silam. Bukan lagi gerimis, hujan deras seolah menghujam kepala dan hatimu. Yang pasti, cukup untuk membuatmu meringkuk semalaman di ranjang akibat kebetulan yang diidam-idamkan.
Sayangnya, kau tak punya alasan untuk menjadwallkan pertemuan lanjutan. Malam-malam sunyimu lantas kembali kau habiskan menjadi pengamat paling bisu dan terasingkan. Memerhatikannya dari jauh untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, dan tak ada keresahan yang menyelimuti hari-harinya.
Baca Juga: Selamat yang Kesekian
Entah keberanian macam apa yang membuatmu akhirnya memilih untuk mulai menyapa, bertanya tentang hal yang sudah pasti jawabannya ada. Sebagai manusia penuh dosa yang terlanjur jatuh cinta, kamu hanya dapat menebak-nebak peluang keajaiban yang akan datang. Seolah berharap tanganmu tak hanya bisa menepuk udara yang remang.
Doamu lagi-lagi dikabulkan, pesan itu rupanya tak terabaikan. Namun secara mengejutkan, kamu direnteti pertanyaan dan pernyataan arogan yang seketika merobohkan benteng pertahananmu yang telah ringkih itu. Kamu tak punya daya untuk melawannya, seperti jalan bolong yang pasrah diserang hujan hingga amblas. Yang bisa kamu lakukan hanya terluka sambil pura-pura bahagia mendengar ia bercerita tentang seseorang yang dipuja.
Selayaknya orang yang patah hati, kamu hanya bisa menangis dalam sepi selama berhari-hari. Beribu aktivitas yang menderamu tetap tak bisa memulihkan energi. Di masa-masa itu kamu menyadari bahwa memang tidak ada yang pernah siap dengan patah hati, meski seringkali berupaya menguatkan diri.
Baca Juga: Tentang Perjalanan Menuju Hal-hal Asing
Barangkali, begitulah cara cinta bekerja. Ia tak sekadar memberikan detak istimewa, tapi juga luka yang sering kali tak terkira. Dan kamu harus menerima dengan lapang dada, betapa orang yang kamu cinta bisa amat melukaimu dengan kata-kata. Betapa orang yang kamu cinta juga sangat mampu untuk tak mencintaimu sama sekali, dan kamu hanya harus merelakannya.
Pada akhirnya hari itu tiba, hari di mana orang-orang memintamu untuk melupakan dia selamanya.
Nangiiis ???
cheer up ^^
Hai, salam kenal.
Agak-agak salah fokus, nama blognya riangriang tp ini kebetulan judul artikelnya pandemi patah hati.
Saya jadi inget kata-kata seseorang. Saat dia mulai mencintai seseorang, di saat itu di siap patah hati.
Saya enggak tau apakah artikel ini dr pengalaman pribadi atau emang sedang menulis cerita, yang penting semangat kak!!
Hallo mbak! Salam kenal
“Barangkali, begitulah cara cinta bekerja. Ia tak sekadar memberikan detak istimewa, tapi juga luka yang sering kali tak terkira. Dan kamu harus menerima dengan lapang dada, betapa orang yang kamu cinta bisa amat melukaimu dengan kata-kata. Betapa orang yang kamu cinta juga sangat mampu untuk tak mencintaimu sama sekali, dan kamu hanya harus merelakannya”
duh bagian akhirnya bikin tersentuh dan teringat akan masa lalu nih,
seseorang yang kita cintai dan berharap akan berakhir dengannya malah meninggalkan kita tanpa alasan..
senyesek itu, huhuhu
Baca soal patah hati di malam Minggu ternyata sesuatu loh kak, haha.
Patah hati karena hati tak sampai memeluk apa yang telah diimpikan. Tapi move on menjadi pelipur lara ketika bertemu Lee Je Hoon, eh
Halo kak, yuk kita nulis fiksi hehe. Bagus tuh kak kalau dilanjut jadi fiksi atau puisi, udah puitis gitu
Apakah cinta itu seperti rasa Rahwana yang patah oleh Shinta?
Mbak aku suka cara nulisnya, narasinya bikin aku jatuh cinta. Ada esuatu yang ingin di ungkapkan di balik sebuah tulisan. Seperti flash fiction ya mbak namanya ini?
Judulnya tak memberiku pandangan apa pun. Tapi, patah hati ya memang seperti itu.
Makanya, kala kita memutuskan untuk mencintai makhlukNya, kita pun kerap diminta menyiapkan hati untuk terpatahkan.
Sedih sekalik kak.
Tulisannya sangat menghayati sekali, nulis pakai perasaan gini deh jadinya heheheh…
Begitulah mencintai, tak hanya bahagia tak terkira, tapi juga lara yang mendera.
Sedih nih kalau baca soal patah hati. Huhu
Patah hati, adalah Cara kita mengerti betapa lebih indah apa yang akhirnya nanti kita dapatkan dengan bermacam cobaan, semangat!
Kenyataan bahwa seseorang ternyata begitu berarti saat ia tak ada lagi adalah definisi cinta yang sering tidak disadari.
semoga pandemi ini segera berakhir.
Aku pernah berada di posisi demikian. Namun setelah berusaha dan tak bisa kudapat, aku hanya bisa berserah pada Tuhan semoga bisa diberikan yang terbaik.