Pagi hari dan semua yang masih sendiri.
Aku ingin bangun kali ini. Kadang-kadang, keinginan adalah teman paling lemah dari ragu-ragu. Tak lebih kuat dari malas. Tak selalu bisa mengalahkan putus asa. Katakan saja, ada sedikit lebih energi.
Aku menggelar biruku. Aku sadar kalau kepalaku sepenuh-penuhnya debu. Mungkin aku butuh kemoceng. Atau lap basah. Atau ….. seseorang? Tidak nyambung, kan? Kukira tidak selamanya kita perlu berusaha menyambung-nyambungkan. Mungkin hanya perlu ada? Cukup ada. Kukira itu dulu. Dan… urusan nanti… aku tidak tahu. “Dia mengetahui, sedang kamu tidak.” Sudah lazimnya seperti itu.
Hari ini tanpa siapa-siapa. Mungkin esok kita sudah sama-sama lupa. Mengingat dan melupakan layaknya bukan dua hal yang berbeda. Coba saja mengingat-ingat, akhirnya lupa juga. Sekeras mungkin mencoba lupa, yang ada malah semakin teringat-ingat. Hidup seperti itu memang bikin sakit kepala. Makanya, tidak usah hidup ….
seperti itu.
Hidup ini lucu sekaligus pedih. Orang-orang bisa tertawa semaunya, tapi juga bisa menangis sejadi-jadinya. Siapa ya, yang hatinya paling bolong karena luka?
Lima menit dalam biru, aku jadi tahu, kita hanya butuh menjadi perempuan dan laki-laki yang bahagia. Itu dulu. Jangan lupa. Berdoa. Dan menjadi.
Hidup adalah tentang pilihan yang pasti hmm… gue jadi ikutan baper ini bacanya
"Hidup ini lucu sekaligus pedih"… kita melihat hidup sebagaimana kita adanya, apa yang kita definisikan tentang hidup tidak lain adalah cermin, definisi diri kita sendiri kak. Trims sudah sharing. 🙂
Tulisan yang bagus, 🙂
Tulisan yang bagus, 🙂
wahgilasih dikomen blogger dan penulis terkenal :')))) #meninggal
siap, om. makasiiiih 😀