Bosku pernah bilang, seburuk-buruknya keadaan, jangan hilang kontak dengan teman, jangan menghilang dari media sosial. Karena bisa jadi, itu hanya akan membuat kita depresi berkepanjangan. Tak bisa dipungkiri bahwa pasti banyak keadaan yang membuat kita kerap kali tertekan. Perasaan marah terhadap keadaan adalah yang paling riskan, sehingga anger management teramat diperlukan.
Beberapa orang memiliki kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, beberapa lainnya hanya perkara mudah. Aku termasuk kategori yang pertama. Saking enggak tahu gimana cara merepresentasikannya, jalan yang kuambil seringnya salah, ujungnya cuma bisa marah padahal tujuannya bukan ke sana. Yang ada, menambah masalah baru jadinya.
Semakin dewasa aku menyadari betapa memiliki anger management juga yang terpenting. Sebab kita enggak bisa selamanya ingin berada dalam situasi yang ajaib, di mana semua orang bisa sadar kalau kita sedang marah, tanpa mengucapkan kalimat apa-apa. Bagaimana lagi, tidak semua orang mudah membaca isyarat, bahkan terkadang, pasangan kita sendiri belum tentu paham.
Jadi, mulai dari diri sendiri adalah koentji.
Baca Juga: Mari Berupaya Meningkatkan Daya Ingat
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengenali pemicu dan tanda-tanda fisik emosional ketika kita mulai marah. Salah satu yang kukira paling punya potensi besar memicu hal-hal emosional adalah perasaan stres. Stres ini sangat bisa memicu bahkan memperburuk amarah kita. Di mana kita bisa melampiaskan kemarahan dengan orang sekitar, padahal masalah kita sebenarnya adalah tekanan sosial, cekcok dengan rekan kerja, sampai ke hal-hal yang memang sangat psikologis.
Bukan cuma soal emosi, ada berbagai pemicu fisik yang juga harus selalu dijaga. Kurang tidur, berdebarnya jantung, hingga bertengkar di dalam mobil. Kalau ini sih udah kayak film pendeknya Rentjana ‘Kita Tak Bisa ke Mana-mana Lagi’. Yang lagi nostalgia cerita-cerita manis dan lucu di masa lalu, malah jadi nyerempet kondisi waktu dulu yang malah mengarahnya ke hal-hal sensitif. Padahal, baik Gigi ataupun Nino udah sama-sama ada di fase persiapan nikah dengan masing-masing pasangan.
Emosi sesaat tampaknya memang jadi penyebab terbesar mereka dahulu putus begitu saja. Orangtua Gigi marah ketika Nino enggak jenguk sama sekali Gigi waktu dia sakit. Padahal, Nino mengira Gigi memutuskannya karena orangtua Gigi tidak ingin ia bersama Nino karena tidak punya penghasilan tetap yang besar. Nino juga sama, emosi sesaat bikin mental dia jatuh ke jurang. Enggak percaya diri menambah daftar alasan dirinya untuk menerima kandasnya hubungannya dengan Gigi.
Akhirnya, enggak bisa mengontrol emosi, enggak tahu cara berkomunikasi, malah jadi bumerang buat diri sendiri.
Sungguh, merespons faktor kemarahan dengan cara yang tidak agresif sebelum marah menjadi kesulitan banyak orang. Memang butuh keterampilan dan pembiasaan agar bisa mengelola situasi yang mungkin dapat memicu kemarahan. Sebab, seseorang yang tengah dipengaruhi emosi sesaat seringkali tidak dapat berpikir logis. Boro-boro mengoreksi pemikiran, mengenali situasi pun belum enggak bakalan.
Baca Juga: Salah Kaprah Rapid Test
Sehingga memang benar, menenangkan diri ketika mulai merasa emosional butuh pembiasaan yang panjang supaya bisa mengekspresikan perasaan dan kebutuhan emosional dengan tegas tanpa bertindak agresif.
Satu lagi yang paling berat untuk disadari. Memilih marah seringnya jauh lebih mudah tinimbang fokus terhadap pemecahan masalah. Padahal, dampaknya akan jauh menyakitkan, bisa menimbulkan frustrasi yang justru menghabiskan energi.
Sepertinya, jalan mengelola emosi memang tidak mudah. Tapi, faktor itu masih ada di dalam internal sehingga amat bisa dikendalikan. Selamat memulai.
Mengendalikan emosional memang sulit banget. Hal inilah yang saya rasakan. Apalagi kalo lagi ada masalah, malah makin menjadi-jadi. Jadi penting banget ya menerapkan anger management.
Mengambil keputusan dalam keadaan marah juga sangat tidak baik. Bukannya menyelesaikan masalah, malah justru menambah masalah baru.
Mengendalikan amarah emang susah. Kalo terlanjur marah lebih baik diam tenangkan diri. Jangan sampai malah bikin masalah baru.
Nulis status di sosmed pas marah juga bisa menimbulkan masalah baru. Jadi sebisa mungkin harus redam emosi dulu baru bertindak.
Yes, anger management emang penting banget agar hidup kita berkualitas. Jangan sampai ketidakmampuan mengelola emosi menimbulkan masalah baru
Marah perlu di management. Solusinya dari diriku ya ketika marah diem atau pergi menjauh deh. Atau wudhu insya Allah lebih tenang
Rasa marah harus disalurkan dgn baik melalui Anger Management yang tepat ya mba. Setidaknya diri harus paham kalau sedang marah dan tidak baik-baik saja, sehingga penyaluran rasa marah tidak menyebabkan ‘kerusakan’ baru.
Emosi, nafsu, amarah, memang sudah kodrat tidak bisa lepas dari diri manusia. Tapi bukan berarti kita tidak bisa memanagenya ya…
Hanya memang sulit dan orang tertentu yg bisa melakukan semua itu…
Aah betul bgt. Saya sering bgt mengalami hal demikian. Kurangnya kontrol emosi malah memperkeruh keadaan. Terkadang masalah yg sepele pun jadi membesar karena nurutin emosi
Sama seperti pembiasaan lainnya, anger management ini memang harus dilatih, tidak serta-merta bisa kita kendalikan. Kalau aku biasanya pergi menghindar adalah langkah pertama. Jadi kalau misalnya marah sama anak, ya menjauh dulu dari anak biar gak keluar tuh “kata-kata mutiara” yang gak enak didengar hahahaaa…
anger management itu bukan hal yang singkat atau sekali jadi, mba. kudu beberpa kali coba, terus menerus dan konsisten. biar bisa mengendalikan emosi dengan baik
Anger management ini memang jadi PR banget, apalagi kalau kondisi tubuh lagi capek. Salah satu yang biasa kuterapkan sih memberikan jeda sebelum merespon sesuatu.
sepakat kak, memang mengolah anger management itu penting banget ya kak
aku jujur masih kesulitan untuk melakukan anger management ini
anger management kalau ada mata kuliahnya mungkin saya masih dapat nilai C, tapi beberapa hari ini aku sempat mencoba meningkatkannya dengan ikut berbagai kelas inspriasi.
Mengelola ini penting sekali karena kalau enggak bisa akan memberikan dampak berbeda dengan orang sekitar
Saya masih berusaha terus untuk anger management ini
Aku dulu gini mbak. Kayak kalo lg perasaan semrawut sama satu hal gitu rasanya kayak pengin ngilang aja dari muka bumi. Pernah sampe deactive semua sosmed. Soalnya aku tipe yg kalo emosi emang mendem. Akhirnya rusuh sendiri.
Cuma iya, bukan penyelesaian yg solutif sih ngilang tuh.
Akhirnya sekarang lebih kayak mencoba belajar anger management. Kayak kalo emang lagi merasa perasaan buruk lebih ngambil jeda aja dulu. Melipir sebentar, menenangkan diri, tapi gak sampe kek ujug2 ilang deactive semua sosmed wkwk.
Memang emosi mah susah ditahan, dan emang manusiawi banget ya si emosi ini. Bedanya emang kita harus sadari kemudian lebih mengontrolnya aja ya supaya gak berlebihan dan malah jd merugikan diri sendiri dan orang lain.
pengelolaan emosi ini memang penting banget ya, karena akan ngaruh ke banyak hal kalau misalkan ga bisa dikelola emosinya
Saya juga termasuk ke dalam orang yang kesulitan mengekspresikan perasaan, ntahlah, pola asuh sejak kecil memang sangat mempengaruhi.
Makasih mba Happy udah mengingat kan. Emang nih daku masih kadang emosian ngurus mertua hehehhe soalnya dibilangin susah kan sebel. Tapi sekarang udah terlatih nih ngatur emosi
Nah, masih PR banget nih buat saya. Tapi pastinya pengen juga bisa pandai mengendalikan emosi dengan baik terutama dalam menghadapi anak2.