Sumber gambar |
Langit begitu sendu malam ini. Bintang juga tak mau nampak. Malu-malu ia enggan memperlihatkan hatinya.
Malam ini dadaku bertabuh. Ada bulir-bulir kalimat yang ingin terserap namun tak mampu dibaca siapapun.
Karena setiap kata adalah kelu.
Mungkin ada yang dapat keluar dari lidah ini, ketika sesak sudah tak lagi tertahan. Diri saja sudah tak sanggup merasa, apalagi yang lain, mana pula mereka tahu. Bicara saja aku tak pernah. Terlebih kepadamu.
Benar, bagaimana bisa ada anggukan ketika keyakinan bersuara hilang. Hancur bahkan sebelum ia hendak melebur.
Sebab jiwa ini tandu.
Maka, jangan lihat aku yang menunduk malu. Pergilah, kembali setelah aku berani.
Jangan pula menatapku terlalu lama. Pergi saja, atur waktumu yang masih indah.
Tapi boleh jadi,
Bila kau memilih tetap di sana dan menunggu, maka biarkan senyummu menjadi penawar gelisahku.
Lalu aku akan meyakinkan diriku dan berhenti melupakanmu.
Sungguh.
~
Bagus banget tulisannya kak, hehe tersanjung π
nice mba hehe
Keren π
mantap tulisannya mbak hawra.
Makasih udah nyempetin baca π
π
hehe, terimakasih yaa π
terimakasih mas lapakmedan ^^
Namun, setiap makna dalam kalimat itu berubah kelabu seperti tandu dalam lembu yang berjalan mengelilingi pohon tebu, ah aku memaki dalam bisu, entah kenapa bibir ini tetap kelu, dan membatu seperti kau yang suka mengerutu
Seperti pula mulut yang bisu dan semua gurau yang hampir tak lucu. Ketika itu kita hanya mampu terpaku, bahkan melihat daun-daun jatuh pun rasanya pilu. Sungguh ingin hati merayu tanpa ada malu, namun lagi-lagi mata terus beralih tak ingin beradu. Ah, aku ngilu!
waah tulisannya keren banget,sukses ya π
hehe, masih belajar mbak. tapi makasih ya, salam kenal ^^