Aku hanya mahasiswi biasa, usiaku 18 tahun. Bagi mahasiswi semester dua sepertiku, kuliah merupakan aktivitas yang cukup menghabiskan sebagian waktu. Sangat melelahkan apabila sedang terkukung oleh kepadatan di dalamnya. Barangkali, ada kalanya mahasiswi sepertiku ini menemukan sedikit celah untuk melupakan persoalan kuliah yang masih jauh dari kata akhir. Salah satunya adalah kata yang sakral diperbincangkan. Yaitu cinta.
Cinta. Adalah lima huruf yang sanggup mengubah setiap insan yang telah terpaut dalam dekapannya. Sehingga tak salah apabila Ayatul Husna di dalam buku Ketika Cinta Bertasbih mendefinisikan cinta seperti ini…
Namun, jika seseorang menyuruhku untuk mendefinisikan cinta, mungkin saja aku tak mampu menjawabnya. Sebab, terkadang cinta tak butuh definisi.
Kegusaran yang membuat jiwaku tertahan kali ini mungkin juga adalah efek dari jatuh cinta. Meskipun hingga saat ini aku masih saja ragu untuk menyebut perasaan ini sebagai cinta. Aku tak pernah berani berkata bahwa aku jatuh cinta, sebab aku takut bahwa yang kualami ini hanyalah sekedar perasaan yang bisa saja orang-orang menyebutnya sebuah kekaguman kita terhadap seseorang (lawan jenis), bukan cinta. Tapi, lama-lama aku berpikir dan meyakinkan diriku sendiri, kalau bukan cinta, apalagi kata yang sanggup menyebut rasa yang membuatku menjadi lebih puitis. Selain itu, aku jadi lebih sering menghayati lagu-lagu romantis, mencari tahu makna dari berbagai novel roman yang sedang kubaca maupun menonton drama-drama yang tak pernah lepas dari cerita romantika. Jadi kalau bukan cinta, maka kusebut apalagi?
Tuhan, mungkinkah kini aku sadar bahwa rasa yang telah lama menahan jiwaku ini adalah cinta?
~~