Cuitan · Februari 9, 2020 0

Banten dari Tiga Hal

22 tahun saya merasakan hidup di Banten. Tapi jika ditanya apa yang telah saya lakukan untuk provinsi yang pernah menjadi pusat perdagangan orang-orang Eropa ini, saya cuma bisa senyum-senyum mesem. Tapi paling tidak, saya selalu berusaha untuk tidak membuang sampah sembarangan. Oke sip.

Untungnya, kaum pasif seperti saya ini tak banyak-banyak amat. Jadi, tenang, Banten bisa maju menjadi negara sendiri. Halah, maksudnya punya pondasi untuk berkembang lewat orang-orang keren yang punya pemikiran dan tindakanyang tentunyatak main-main.

Mereka yang seperti itu tentu saja menjadi inspirasi yang patut Banten banggakan. Saya sendiriyang tak punya banyak kemampuan dan kreativitasselalu kagum dengan orang-orang yang bisa memaksimalkan diri mereka, bahkan untuk kepentingan banyak orang.

Karena saya tak punya kemampuan itu, jadi saya hanya akan sedikit bercerita tentang orang-orang yang pernah saya temui dan berkesempatan untuk berbincang-bincang dengannya. (Ya, kalau belum bisa jadi orang hebat, minimal bisa ngobrol bareng mereka lah. Siapa tau tertular, kan. Siapa tau).

Ada tiga aspek yang mungkin ada dalam tulisan ini. Yaitu pendidikan, pertanian, dan pariwisata. Bukankah ketiga hal tersebut menjadi aspek yang penting di seluruh wilayah? Hal ini dirasakan oleh Banten pula tentunya.

Pertama, Pendidikan. Pernah mendengar nama Panji Aziz Pratama? Kiprahnya dalam dunia pendidikan dikenal oleh dunia, lho. Kak Panji, begitu saya memanggilnya, memulai langkah kecilnya memberikan sumbangsih ilmu, kemampuan, waktu, dan tenaga lewat membangun taman baca di salah satu daerah terpencil di Serang, Banten. Yang akhirnya ia membuat sebuah Yayasan Isbanban Foundation. Mungkin, kamu salah satu yang pernah mendengar organisasi tersebut.

Saya tak benar-benar tau tentang bagaimana Kak Panji dan orang-orang yang bersamanya berproses sedemikian mungkin. Yang jelas, hingga dewasa ini, saat usia Isbanban menginjak lima tahun, saya ikut terharu karena Isbanban kini telah melahirkan ribuan relawan serta puluhan taman baca di berbagai pelosok Banten.

Melihat semangat Kak Panji yang terasa selalu menggebu-gebu dan memberikan efek bahagia kepada sesama, membuat saya berpikir, “kok saya nggak bisa begitu?”.

Berlanjut ke hal kedua, Pertanian. Seperti kita tahu, bahwa potensi pertanian di Banten ini sangatlah besar. Sayangnya, apakah banyak orang yang memiliki cita-cita menjadi petani? Saya rasa tidak. Mungkin kamu juga berpikir hal yang sama.

Namun dalam suatu kesempatan, saya pernah mewawancarai petani dan peternak yang namanya cukup dikenal di Banten. Ia adalah Mas Agis. Jika kamu penonton setia Kick Andy! Mungkin kamu pernah melihat Mas Agis berbincang soal pertanian di sana. Ya, dia adalah si penolak tawaran kerja BUMN yang memilih untuk menjadi petani.

Kepada saya, ia pun mengungkapkan hal yang sama. Mas Agis mengaku ingin menghilangkan stigma di mata semua orang, termasuk orang tuanya, bahwa menjadi petani merupakan pekerjaan menjanjikan. Bahkan yang paling saya garisbawahi, profesi tersebut tak hanya menjanjikan soal dunia, katanya, tapi juga akhirat.


“Ketika kita menanam atau beternak, panennya itu adalah kenikmatan dunia. Akhiratnya adalah ketika kita bisa menghasilkan pangan terbaik, kemudian pangan terbaik ini bisa dinikmati semua orang. Nah, itu kan kita dapet amal jariyahnya.”

Hebatnya, Mas Agis juga tak hanya memikirkan kebahagiaan dan kebutuhannya sendiri, tapi juga memiliki kepedulian terhadap orang-orang di Banten. Cita-cita terbesar yang ingin dicapai adalah mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di Banten. Untuk itu, Mas Agis juga memberikan ruang besar untuk pemuda-pemudi di Banten untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam hal membangun Banten tercinta ini. Bukankah sangat bagus?

Ketiga, soal Pariwisata. Baru-baru ini saya bertemu dan mengobrol dengan seorang Instruktur Selam di Serang. Namanya Cakra. Kalau kamu tahu, untuk menjadi seorang Instruktur Selam bukanlah perkara yang mudah dan murah. Mereka yang ingin mengambil sertifikasi tersebut harus melalui berbagai level secara bertahap. Sejak menyelam tahun 2014, ia sendiri baru bisa menjadi Instruktur pada tahun ini.

Ternyata, salah satu alasan ia mengambil profesi tersebut lantaran untuk membantu kemajuan Pariwisata di Banten. Menurutnya, pariwisata Banten punya potensi besar untuk dikembangkan karena saat ini sudah banyak dilirik oleh para wisatawan. Ia bersama komunitasnya, juga akan mulai memberikan pelatihan-pelatihan untuk warga terkait pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan.

Hebat ya mereka?