Cuitan · November 17, 2016 10

Ayo Memilih!

Teman-teman blogger, sudah pada tau kan kalau tanggal 15 februari 2017 nanti akan ada apa? Ya ya ya ya benar, pemilu alias pilkada alias pilihsajaaku. Sering kita lihat di televisi-televisi, setiap harinya berita tentang Ahok-Agus-Anies selalu mencuat di sana. Entah mengenai strategi kampanye mereka― dengan melakukan berbagai cara pendekatan kepada warga― sampai kepada ricuhnya dugaan penistaan agama. Ramai sekali, ya, Jakarta.
Bukan cuma Jakarta lho, yang bakal ada pilkada 2017 nanti, tetapi beberapa provinsi dan kota/kabupaten lainnya juga. Didapat informasi dari okezone, pilkada ini akan digelar di 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Dan pilkada tersebut akan serentak digelar pada tanggal 15 Februari 2017 mendatang. Jangan-jangan, gara-gara keseringan ngikutin perkembangan pertarungan pasangan calon (paslon) gubernur DKI Jakarta, kita lupa sama paslon provinsi kita sendiri. Atau lebih parahnya, kita nggak tau siapa aja calon gubernur/bupati/walikota dari provinsi dan kota kita. Duh, nggak mungkin kan, ya? Hihihi.
Di provinsi saya, yaitu Banten, juga sama seperti Jakarta. Bakal ada pemilihan gubernur juga. Meski saya sendiri nggak paham sama persoalan hati politik, tapi setidaknya saya tau lah siapa paslon dari provinsi saya yang sekarang mungkin lagi sibuk kampanye di mana-mana. Adalah Wahidin Halim-Andhika Hazrumy, sebagai paslon nomor urut 1. Dan Rano Karno-Embay Mulya Syarif sebagai paslon dengan nomor urut 2.
Hih, palingan juga abis searching ya, Hep?

Nggak lah, enak aja. Abis liat baliho tau.
Bahahaha.
Tapi tapi, cuma tau nama aja nggak cukup tho?
Terus gimana cara milihnya? Kalo saya nggak terdaftar di pemilih tetap padahal sudah punya ktp, gimana cara ikutnya? Atau kalo saya mau golput aja emangnya kenapa? Eh boleh nggak sih, saya pilih calon yang kasih duit ke saya?
Beberapa waktu yang lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dan KPU Kota Serang menggaet Komunitas Banten Muda untuk mengikuti sosialisasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten. Kebetulan, saya menjadi salah satu pesertanya. Yang menjadi narasumber hari itu adalah Pak Agus Supriyatna (Ketua KPU Provinsi Banten), Om Ali Faisal (Komisioner KPU Kota Serang), dan Om Irvan Hq (Ketua Komunitas Banten Muda). Dari sosialisasi tersebut tentunya menambah pengetahuan bagi diri saya, sehingga kerap kali saya bilang “oh, gitu ya,” atau “hmm, mengerikan,” ketika para narasumber memaparkannya. Hahaha.
Jadi jadi, siapa tau apa yang saya tulis hari ini bisa bermanfaat juga buat teman-teman yang baca. Semoga ya…
Gimana sih cara milihnya?
Dateng ke TPS, dong. Setelah dikasih kertas suara, coblos pilihannya. Dicoblos ya bukan dicontreng. Dicoblosnya di satu nomor aja ya, jangan semua nomor dicoblos. Nanti nggak sah. Soalnya di setiap pemilu atau pilkada, masih banyak aja sih kertas-kertas suara yang dianggap nggak sah. Hati-hati ya, sayang kan kalau suaranya hilang gitu aja. Nanti jadi serak. #halah
Kalo saya nggak terdaftar di pemilih tetap padahal sudah punya ktp, gimana cara ikutnya?
KPU saat ini sudah mengumumkan apa yang disebut DPS, yaitu Daftar Pemilih Sementara. Kita bisa mengecek apakah nama kita ada di daftar pemilih atau tidak. Kalau tidak ada, kita bisa lapor kepada PPS, yakni Panitia Pemungutan Suara tingkat desa. Akan ada rentang waktu pencermatan kembali DPS, baru kemudian ada DPS HP (Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan), baru setelahnya menjadi DPT (Daftar Pemilih Tetap). Kalau nama kita masih tidak ada dalam DPT, kita bisa tetap datang ke TPS dengan membawa KTP Elektronik. Nanti akan dipanggil oleh panitia di TPS tempat kita memilih. Akan tetapi, kalau kita belum mempunyai KTP Elektronik, kita bisa mengurusnya di DISDUKCAPIL (Dinas Penduduk Kecamatan Sipil) untuk meminta surat keterangan belum KTP Elektronik. Surat keterangan itu menjadi bukti bahwa kita sudah direkam dan kedudukan hukumnya sama dengan KTP Elektronik.
Saya mau golput aja, boleh nggak?
Kata Om Ali Faisal, kalau kita sudah memenuhi persyaratan sebagai pemilih, maka jangan pernah kita menyia-nyiakan suara kita. Meskipun tidak memilih adalah bagian dari pilihan, itu tetap saja cara pandang yang salah. Bagaimana kalau semua orang punya pikiran yang sama untuk golput? Maka tidak akan pernah terjadi adanya pemimpin. Maka tidak akan pernah terjadi adanya sistem. Maka tidak akan pernah terjadi adanya pemerintahan daerah yang baik. Dan kita, bisa menjadi liar tanpa adanya pemimpin.
Kata Om Irvan Hq juga, kita harus menggunakan suara kita demi perubahan sistem yang lebih baik.
Kalau saya mau pilih calon yang paling banyak kasih duit aja, boleh nggak?
Tolak uangnya, jangan pilih orangnya. Mengambil pelajaran dari analogi yang diberikan Om Ali, bahwasanya ketika kita mengambil uang yang diberikan oleh calon kepala daerah, setelah ia terpilih maka hak suara kita sudah habis saat itu juga. Apakah kita mau, harga diri kita dibayar semurah itu?
Ingat, stop politik uang.
Tuh, saya, yang itu
Jadi, pilih siapa ya?
Kata Najwa Shihab alias Mbak Nana dalam acara Mata Najwa, ia mengatakan bahwa ada tiga hal yang bisa kita perhatikan ketika ingin memilih seorang pemimpin. Seperti apa rekam jejaknya, bagaimana karakternya, dan apa saja program kerja yang akan dijalankannya. Nah tuh, bisa diperhatikan baik-baik tuh paslon gubernur kita.
Jadi, mari gunakan suara kita sebaik-baiknya. Jangan lupa Hari Rabu, 15 Februari 2017 nanti, ya. Jangan lupa, Hep. Hihihi.
AIKA bersama Pak Agus dan Om Ali